FOTOSINTESIS DAN REAKSI GELAP
(Makalah Biokimia II
)
Oleh
MAYA RETNA
SARI
1317011041
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya,
sehingga makalah mengenai Fotosintesis ini dapat terselesaikan. Makalah ini
merupakan tugas dalam mata kuliah Biokimia II yang bertujuan untuk memberikan
pendekatan belajar agar mahasiswa lebih
mudah memahami materi yang terkandung, juga membangun motivasi mahasiswa
untuk dapat mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memenuhi harapan kita semua.
Bandar Lampung,
1 November 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang 1
B.
Rumusan
Masalah 2
C.
Tujuan
Penulisan 3
II. PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Penemuan Fotosintesis 4
B.
Fotosintesis 5
C.
Jalur
Fotosintesis 7
D.
Mekanisme
Fotofosforilasi 15
E.
Jalur
Metabolisme Hatch-Slack atau Daur C4 16
F.
Pernafasan
dalam Cahaya 23
III.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbedaan Tanaman C3, C4, dan CAM 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi Proses
Fotosintesis 8
Gambar 2.2 Proses Fotosintesis
pada Tumbuhan 9
Gambar 2.3 Fotosistem I dan II 11
Gambar 2.4 Daur Calvin 13
Gambar 2.5 Daur Calvin : Jalur mendaur metabolisme penambahan CO2.
Reaksi tahap gelap pada proses
fotosintesis 14
Gambar 2.6 Bagan ringkasan saling hubungan antara tahap terang cahaya (fotosistem I + II) dan fase gelap
cahaya dalam proses fotosintesis 15
Gambar 2.7 Mekanisme Fotofosforilasi (fosforilasi oksidatif) 16
Gambar 2.8 Daur Hatch-Slack : reaksi pembentukan oksalasetat dari fosfoenolpiruvat dengan enzim fosfoenolpiruvat karboksilase 19
Gambar 2.9
Jalur Metabolisme Daur Hatch-Slack 19
Gambar 2.10 Reaksi pembentukan malat dari oksalasetat dengan enzim malat
dehidrogenase yang terdapat dalam sel mesofil 20
Gambar 2.11 Reaksi pembentukan piruvat dari malat dengan enzim malat dehidrogenase yang terdapat dalam sel
selubung berkas pembuluh 20
Gambar 2.12 Reaksi pembentukan fosfoenol piruvat dari piruvat dengan enzim piruvat dikinase 21
Gambar 2.13
Reaksi pembentukan aspartat dari oksalasetat dalam sel mesofil 21
Gambar 2.14 Reaksi pembentukan fosfoglikolat dari ribulosa 1,5-difosfat dengan enzim ribulosadifisfat karboksilase 23
Gambar 2.15
Jalur metabolisme pernafasann yang tergantung cahaya 24
Gambar 2.16
Reaksi konversi glikolat 24
Gambar 2.17
Reaksi pembentukan serin dari glisin 25
Gambar 2.18
Reaksi pembentukan gliserat dari serina di dalam peroksisom 25
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua
mahkluk hidup sangat memerlukan makanan agar dapat tumbuh dan berkembang. Manusia mengkomsumsi
beras, umbi-umbin, kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang
semuanya diperoleh atau berasal dari tumbuhan. Manusia juga mengkomsumsi
daging, ikan, susu, dan telur yang semuanya diperoleh atau berasal dari
hewan. Dengan demikian, nutrisi (makanan) manusia di peroleh dari tumbuhan dan
hewan. Sedangkan, hewan memperoleh makanan atau nutrisinya dari tumbuhan atau
hewan lainnya. Berdasarkan makanan yang dikomsumsinya, hewan dibagi menjadi 3
jenis. Pertama,
hewan karnivora atau biasa disebut dengan pemakan daging contohnya adalah
buaya, komodo dan burung elang.
Kedua, hewan
herbivora atau biasa disebut dengan pemakan tumbuhan contohnya adalah kelinci,
gajah dan kuda. Dan jenis yang
ketiga
yaitu hewan omnivora yang biasa disebut dengan pemakan daging dan tumbuhan atau
hewan pemakan keduanya contohnya adalah ayam, bebek dan panda.
Manusia
dan hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri untuk memenuhi segala
kebutuhan makanan dan energinya. Untuk membangun tubuhnya dan mendapatkan
energi, manusia dan hewan mengambil zat-zat yang berasal dari tumbuhan sebagai
sumber makanannya. Hal ini menunjukan bahwa manusia dan hewan sangat bergantung
kepada tumbuhan demi kelangsungan hidupnya.
Seperti
halnya manusia dan hewan yang merupakan makhluk hidup yang membutuhkan energi,
tumbuhan pun demikian. Tumbuhan juga sangat
membutuhkan energi dan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan dapat
memperoleh energi dan makanan melalui suatu proses fotosintesis.
Berbeda dengan manusia dan hewan
yang memperoleh makanan dan energinya dari mahkluk hidup lain yakni dari
tumbuhan dan hewan, tumbuhan merupakan makhluk hidup yang dapat membuat
makanannya sendiri. Akan tetapi, tidak
semua
tumbuhan yang dapat membuat makanannya sendiri. Tumbuhan yang dapat membuat
makanan sendiri adalah tumbuhan yang mempunyai klorofil. Jika suatu tumbuhan memiliki klorofil, maka tumbuhan
tersebut dapat mengalami proses fotosintesis. Dengan
fotosintesislah tumbuhan bisa menghasilkan makanan dan memperoleh energinya
demi kelangsungan hidupnya.
Fotosintesis
adalah peristiwa sintesis atau penyusunan zat organik yang terdiri dari gula
dari zat anorganik yang terdiri dari air dan karbon dioksida dengan bantuan
energi cahaya atau foton matahari. Dalam fotosintesis, dihasilkan glukosa
atau karbohidrat dan oksigen. Hampir semua makhluk hidup sangat bergantung pada
hasil fotosintesis. Sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan
di bumi. Organisme yang mampu menyusun senyawa organik dari senyawa
anorganik dinamakan organisme autrotof.
Pada
tahun 1778, Jan Ingenhousz seorang dokter kerajaan Austria mengulangi eksperimen
Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan
sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga
menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia
lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk
mencegah kemungkinan meracuni penghuninya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini meliputi:
1.
Bagaimana
proses fotosintesis yang terjadi pada tahap reaksi gelap atau daur Calvin?
2.
Bagaimana
proses berlangsungnya metabolisme Hatch-Slack atau yang kita kenal dengan daur
C4 pada tumbuhan?
3.
Bagaimana
mekanisme berlangsungnya proses pernafasan dalam cahaya ketika terjadinya
proses fotosintesis?
C.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari
segala proses yang terjadi dalam fotosintesis baik pada tumbuhan ataupun
mikroorganisme yang memiliki kloroflas. Dimana aspek yang dipelajari spesifik
pada proses pernafasan dalam cahaya, metabolisme Hatch-Slack, daur Calvin serta
mekanisme fosforilasi.
II.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Penemuan Fotosintesis
Pada
awalnya, orang menganggap bahwa akar “memakan” tanah, seperti yang dikemukakan
oleh Aristoteles. Tumbuhan hijau memperoleh zat-zat makanan dari dalam tanah
yaitu yang berasal dari perombakan atau penguraian organisme yang telah
mati. Penguraian organisme mati menjadi bahan yang dapat diserap oleh akar
tumbuhan hijau dilakukan oleh mikroorganisme.
Konsep
fotosintesis dimulai pada abad ke-17 ketika Jan Van Helmont menyatakan bahwa
pertumbuhan dari tumbuhan disebabkan karena adanya air dan bukan disebabkan
oleh tanah.
Pada
tahun 1772, Joseph Priestley seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan
Inggris melakukan penelitian dan menemukan bahwa ketika ia menutup
sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik,
nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila
ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu
akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala
lilin telah “merusak” udara di dalam toples
itu dan telah menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa
udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh
tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples
tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan. Selanjutnya, kita mengetahui bahwa
tumbuhan menggunakan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh hewan dan manusia,
sedangkan hewan dan manusia menyerap oksigen yang dihasilkan oleh
tumbuhan.
Pada
tahun 1778, Jan Ingenhousz
dokter
kerajaan Austria mengulangi eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa
cahaya matahari juga berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat “memulihkan” udara yang “rusak”. Ia juga menemukan bahwa tumbuhan
juga “mengotori
udara”
pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari
rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan dapat meracuni penghuninya.
Ingenhousz membuktikan bahwa pada proses fotosintesis dilepaskan gas oksigen.
Hal ini dibuktikan dengan percobaan menggunakan tanaman air yaitu Hydrilla verticillata di bawah corong
terbalik. Jika tanaman tersebut kena cahaya, timbulah gelembung-gelembung udara
yang akhirnya mengumpul di dasar tabung reaksi.
Pada
tahun 1782, Jean Senebier menyebutkan bahwa gas yang dibutuhkan oleh tumbuhan
untuk fotosintesis adalah karbon dioksida yang merupakan sumber karbon bagi
tumbuhan hijau. Kemudian di
tahun 1842, Julius Robert Mayer menyatakan bahwa energi cahaya matahari yang
diserap oleh tumbuhan hijau selanjutnya diubah menjadi energi kimia.
Pada
abad selanjutnya, ditahun
1860 Julius Von Sachs membuktikan bahwa pada fotosintesis akan terbentuk
karbohidrat atau amillum.
Sedangkan Frederick Blackman (1905) menunjukan bahwa pada
proses fotosintesis terjadi reaksi gelap yang tidak membutuhkan cahaya. Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun
1937 Robert Hill berhasil mengikuti kegiatan kloroplas yang telah dipisahkan
dari sel hidup. Kloroplas itu jika disinari mampu menghasilan oksigen.
B.
Fotosintesis
Menurut Kimball (1999), organisme dan fungsi suatu sel hidup bergantung
pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan
dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Organisme heterotrofik
seperti ragi dan manusia, hidup dan tumbuh dengan memasukkan molekul-molekul
organik ke dalam sel-selnya. Untuk tujuan praktis, satu-satunya sumber molekul
bahan bakar yang menjadi tempat bergantung seluruh kehidupan ialah
fotosintesis.
Dari sumber lain, Campbell (2002) menuliskan bahwa fotosintesis menyediakan
makanan bagi hampir seluruh kehidupan di dunia baik secara langsung atau tidak
langsung. Organisme memperoleh senyawa organik yang digunakan untuk dan rangka
karbon dengan satu atau dua cara utama yaitu nutrisi autotrofik atau
heterotrofik. Autotro dapat diartikan bahwa suatu organisme dapat menyediakan
makanan bagi diri sendiri hanya dalam pengertian bahwa autotrof dapat
mempertahankan dirinya sendiri tanpa memakan dan menguraikan organisme lain.
Autotrof membuat molekul organik mereka sendiri dari bahan mentah anorganik
yang diperoleh dari lingkuannya. Oleh karena alasan inilah, para ahli biologi
menyebut autotrof sebagai produsen biosfer. Sedangkan organisme heterotrof
memperoleh materi organik melalui cara pemenuhan nutrisi kedua. Ketidakmampuan
dalam membuat makanan mereka sendiri, menyebabkan hererotrof ini hidup
tergantung pada senyawa yang dihasilkan oleh organisme lain, sehingga
heterotrof disebut sebagai komponen biosfer.
Sebagian autotrof mengkonsumsi sisa-sisa organisme mati, menguraikan dan
memakan sampah seperti bangkai, tinja dan daun-daun yang gugur. Heterotrof
ini dikenal sebagai pengurai. Sebagian besar fungi dan banyak jenis bakteri
memperoleh makanan dengan cara seperti ini. Hampir seluruh heterotrof, termasuk
manusia, benar-benar tergantung pada fotoautotrof untuk mrndapatkan makanan dan
juga untuk mendapatkan oksigen yang merupakan produk samping fotosintesis.
Dari kedua penjelasan di atas, disimpulkan bahwa fotosintesis adalah suatu proses
biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakteri untuk
memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir
semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di
atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis disebut sebagai fototrof.
Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon
bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. Proses
pembuatan makanan pada tumbuhan hijau dapat terjadi dengan bantuan sinar matahari, air, garam
mineral yang diserap dan karbondioksida dari udara diubah menjadi zat makanan. Cara lain yang ditempuh organisme
untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis yang dilakukan oleh
sejumlah bakteri belerang.
C.
Jalur
Fotosintesis
Menurut Campbell (2002), proses fotosintesis berlangsung dengan adanya
spektrum cahaya tampak dari ungu sampai merah, infra merah dan ultra ungu tidak
digunakan dalam fotosintesis. Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dan
oksigen. Oksigen sebagai hasil sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat
diukur. Oleh sebab itu, untuk mengetahui tingkat produksi fotosintesis adalah
dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan. Hasil dari
fotosintesis adalah glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga dan beberapa jenis
bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida dan air serta dibutuhkan
bantuan energi cahaya matahari.
1.
Fotosintesis pada Bakteri dan Alga
Alga terdiri
dari alga multiseluler seperti ganggang hingga alga mikros
kopik yang hanya terdiri dari satu sel. Meskipun alga tidak memiliki
struktur sekompleks tumbuhan darat, fotosintesis pada keduanya terjadi dengan
cara yang sama. Hanya saja karena alga memiliki berbagai
jenis pigmen dalam kloroplasnya, maka panjang
gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi. Semua alga menghasilkan oksigen dan
kebanyakan bersifat autotrof. Hanya sebagian kecil saja yang
bersifat heterotrof yang berarti bergantung pada materi yang
dihasilkan oleh organisme lain.
Menurut Wirahadikusuma (1985), di dalam fotosintesis bakteri sebagai
pengganti H2O dipakai zat pereduksi yang lebih kuat seperti H2,
H2S dan H2R (R adalah gugus organik) dengan persamaan
reaksi seperti berikut.
Campbell (2002) menjelaskan bahwa bakteri menggunakan H2R dan
menggunakan hidrogen untuk membuat gula. Dari reaksi kimia tersebut dapat
dikatakan bahwa semua organisme fotosintetik membutuhkan sumber hidrogen,
tetapi sumber itu bermacam-macam.
2.
Fotosintesis pada Tumbuhan
Gambar 2.1 Reaksi Proses Fotosintesis
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Pada
respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbon dioksida, air dan energi kimia.
Gambar 2.2 Proses Fotosintesis pada Tumbuhan
Organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun tepatnya pada
bagian stomata atau mulut daun. Proses fotosintesis ini terdiri atas dua
rangkaian reaksi yakni reaksi terang dan juga reaksi gelap. Dinamakan rekasi
terang sebab prosesnya membutuhkan cahaya. Sementara itu reakasi gelap adalah
proses fotosintesis yang tidak lagi melibatkan cahaya tetapi hanya
karbondioksida.
Dalam proses fosintesis, reaksi terang merupakan proses yang pada akhirnya
menghasilkan ATP juga NADPH. Dalam rekasi ini diperlukan molekul air. Proses
reaksi terang dimulai dengan menangkap foton yang dilakukan oleh pigmen
klorofil yang berperan sebagai antena. Di dalam daun, cahaya akan diserap
melalui molekul klorofil dan kemudian dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi.
Fotosintesis dimulai pada saat cahaya mulai mengionisasi molekul klorofil dan
kemudian terjadi pelepasan elektron.
Sementara itu, reaksi gelap adalah proses dimana ATP dan juga NADPH yang
dihasilkan dalam proses sebelumnya kemudian menghasilkan sejumlah proses atau
reaksi biokimia. Pada tumbuhan sendiri, reaksi biokimia ini akan terjadi siklus
calvin dimana karbondioksida akan diikat dengan tujuan membentuk ribose dan
lebih lanjut akan menjadi glukosa. Reaksi ini tidak bergantung pada ada atau
tidaknya cahaya matahari.
Laju proses fotosintesis pada tumbuhan bisa berlangsung dengan laju
maksimal jika unsur-unsur pendukungnya terpenuhi yakni antara lain cahaya,
konsentrasi karbondiosida, suhu, kadar air, jumlah fotosintet atau hasil
fotosintesis dan kemudian tahap pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Proses fotosintesis dibagi menjadi dua reaksi yaitu :
a.
Reaksi Terang
Reaksi terang merupakan langkah-langkah mengubah energi matahari menjadi
energi kimia. Cahaya yang diserap oleh klorofil menggerakkan transport elektron
dan hidrogen dari air ke penerima (aseptor) yang disebut NADP+ yang
berfungsi sebagai pembawa elektron dalam respirasi seluler. Reaksi terang
menggunakan tenaga matahari untuk mereduksi NADP+ menjadi
NADPH dengan cara menambahkan sepasang elektron bersama dengan nukleus hidrogen
atau H+. Reaksi terang juga menghasilkan ATP dengan memeberi tenaga
bagi penambahan gugus fosfat yang pada ADP, proses ini disebut fotofosforilasi.
Gambar 2.3 Fotosistem I dan II
Reaksi terang terjadi di grana, persisnya di membran tilakoid. Reaksi ini
menggunakan 2 fotosistem yang berhubungan. Fotosistem I menyerap cahaya dengan
panjang gelombang 700 nm yang disebut P700 dan berfungsi untuk menghasilkan
NADPH. Fotosistem II menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nm yang
disebut P680 dan berfungsi untuk membuat potensial oksidasi cukup tinggi
sehingga bisa memecah air. Bila bekerja bersama, 2 fotosistem ini melakukan
proses fotofosforilasi non-siklik yang menghasilkan ATP dan NADPH. Fotosistem I
mentransfer elektron ke NADP+ untuk membentuk NADPH. Kehilangan
elektron digantikan oleh elektron dari fotosistem II. Fotosistem II dengan
potensial oksidasinya yang tinggi dapat memecah air untuk menggantikan elektron
yang ditransfer ke fotosistem I. Kedua fotosistem ini dihubungkan
oleh kompleks pembawa elektron yang disebut sitokrom (komplek) b6-f. Kompleks
ini menggunakan energi dari pemindahan elektron untuk memindahakan proton dan
mengaktifkan gradien proton yang digunakan oleh enzim ATP sintase.
Saat pusat reaksi Fotosistem II menyerap foton, elektron tereksitasi pada
molekul klorofil P680, yang mentransfer elektron ini ke akseptor elektron. P680
teroksidasi melepaskan elektron dari kulit terluar atom Mg. Atom Mg yang
teroksidasi dengan bantuan enzim pemecah air, melepaskan elektron dari atom oksigen
dari 2 molekul air. Proses ini membuat P680 menyerap 4 foton untuk melengkapi
oksidasi 2 molekul air dan mengahsilkan 1 oksigen. Elektron yang tereksitasi
dibawa oleh plastoquinon dan kemudian diterima oleh kompleks b6-f. Kehadiran
elektron menyebabkan kompleks memompa proton ke celah tilakoid, kemudian
elektron dibawa oleh plastosianin ke fotosistem I.
Pusat reaksi fotosistem I menyerap foton maka elektronnya tereksitasi. ”Lobang”
yang ditinggal elektron segera ditempatin olek elektron dari fotosistem II,
sedangkan elektron yang tereksitasi tersebut ditanggap oleh ferredoxin.
Ferredoxin tereduksi membawa elektron dengan potensial yang tinggi kemudian
ditangkap oleh NADP+ untuk membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisasi
oleh enzim NADPH reduktase. Enzim ATP
sintase menggunakan gradien proton
yang tercipta saat tranpor elektron untuk mensintesis ATP dari ADP + Pi.
b.
Reaksi Gelap
Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang
terjadi di stroma. Berbeda dengan reaksi terang, reaksi gelap atau reaksi tidak
bergantung cahaya bisa terjadi pada saat siang dan malam, namun pada siang hari
laju reaksi gelap tentu lebih rendah dari laju reaksi terang.
Gambar 2.4 Daur Calvin
Reaksi gelap dimulai dengan pengikatan atau fiksasi 6 molekul CO2
ke 6 molekuk gula 5 karbon yaitu ribulosa 1,5 bifosfat, dikatalisis oleh enzim
ribulosa bifosfat karboksilase/oksigenase (rubisco) yang kemudian membentuk 6
molekul gula 6 karbon. Molekul 6 karbon ini tidak stabil maka pecah menjadi 12
molekul 3 karbon yaitu 3 fosfogliserat.
3-fosfogliserat kemudian difosforilasi oleh 12 ATP membentuk 1,3
bifosfogliserat. 1,3 bifosfogliserat difosforilasi lagi oleh 12 NADPH membentuk
12 molekul gliseradehida 3 fosfat/PGAL. 2 PGAL digunakan untuk membentuk 1
molekul glukosa atau jenis gula lainnya, sedangkan 10 molekul lainnya
difosforilasi oleh 6 ATP untuk kembali membentuk 6 molekul ribulosa 1,5 bifosfat.
Proses pengikatan CO2 ke RuBP disebut fiksasi, proses pemecahan
molekul 6 karbon menjadi molekul 3 karbon disebut reduksi dan proses
pembentukan kembali RuBP dari PGAL disebut regenerasi.
Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang
pertama kali terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3.
Kebanyakan tumbuhan menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3.
Menurut Wirahadikusuma (1985), Gambar 2.5 berikut menunjukkan skema
ringkasan keseluruhan jalur metabolisme daur Calvin. Dalam daur ini yang
menonjol adalah tahap reaksi penambahan CO2, reaksi yang menggunakan
energi NADPH dan ATP serta reaksi yang menghasilkan glukosa sebagai hasil
akhir. Dalam reaksi penambahan CO2 ternyata dibutuhkan 3 molekul ATP
dan dua molekul NADPH untuk mereduksi satu molekul CO2.
Gambar 2.5 Daur Calvin : Jalur mendaur metabolisme penambahan CO2.
Reaksi tahap gelap pada proses fotosintesis
Gambar 2.6 Bagan ringkasan saling hubungan antara tahap terang cahaya
(fotosistem I + II) dan fase gelap cahaya dalam proses fotosintesis. ATP dan
NADPH yang dihasilkan oleh tahap terang cahaya dengan dibantu oleh energi
matahari, dipakai oleh tahap gelap cahaya menghasilkan glukosa dari CO2.
D.
Mekanisme Fotofosforilasi
Menurut Wirahadikusuma (1985), proses
perangkaian pembentukan ATP dari ADP + Pi dengan pengangkutan elektron dalam
fotosintesis yang berlangsung dalam membran kloroplas, mempunyai kesamaan
mekanisme dengan proses fosforilasi bersifat oksidatif yang terjadi dalam
membran mitikondria. Proses fosforilasi bersifat oksidatif pada rantai
pernafasan terdiri dari mekanisme yang masing-masing berdiri sendiri, namun
ketiganya dirangkaikan secara terkoordinasi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan ATP dari ADP +Pi dan reduksi O2 menjadi H2O.
Gambar 2.7 Mekanisme Fotofosforilasi (fosforilasi
oksidatif)
Tiga mekanisme yang terjadi pada
rantai pernafasan dalam fosforilasi bersifat oksidatif sama seperti yang
terjadi pada mekanisme fotofosforilas.
1.
Sintesis ATP dari ADP + Pi dikatalis oleh kompleks
ATPase yang terdapat pada permukaan dalam membran dalam mitokondrion.
2.
Mekanisme pengangkutan elektron sepanjang rantai
pernafasan yang juga terdapat dalam membran dalam mitokondrion.
3.
Seatu mekanisme yang berperan dalam merangkaikan kedua
mekanisme tersebut di atas.
E.
Jalur Metabolisme Hatch-Slack atau Daur C4
Menurut Michael (1994), berdasarkan tipe fotosintesis yang terjadi tumbuhan dibedakan ke dalam
tiga kelompok besar yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.1 Perbedaan Tanaman C3, C4, dan CAM
Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe C3, C4
dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Dimana, pada tanaman yang
bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2)
adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang
berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya
mataharai secara langsung. Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase
terang fotosintesis. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara simultan dan
berkelanjutan. Memerlukan energi sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat
digunakan dalam peristiwa yaitu sebagai bahan membangun komponen struktural
sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk pati.
Tumbuhan C4
adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan di daerah tropis. Tumbuhan ini
melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa. Tumbuhan C4
jenis tumbuhan yang hidup di daerah panas seperti jagung, tebu, dan rumput-rumputan. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk awal
reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat,
malat, dan aspartat (hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C empat).
Reaksinya berlangsung di mesofil daun yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O
membentuk HCO3 dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel
seludang di samping mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi
memerlukan 2 ATP. Tanaman C4 juga mengalami siklus Calvin seperti
peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisco.
Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah
memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya
membuka pada malam hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk
PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada tanaman
C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang hari
malat berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi.
Tanaman tipe CAM melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada
siang hari yaitu daur Calvin dan melakukan proses yang sama dengan tanaman C4
pada malam hari yaitu daur Hatch dan Slack.
Jalur C4 adalah jalur metabolisme penambahan CO2 yang
pada tahap reaksi pertamanya melibatkan pembentukan asam dikarboksilat beratom
karbon empat yaitu oksalasetat, malat dan aspartat. Jalur metabolisme ini yang
ditemukan oleh M. D. Hatch dan C. R. Slack terjadi dalam tumbuhan yang dsebut
tumbuhan golongan C4.
Pada tahap reaksi pertama, CO2 ditangkap oleh enzim
fosfoenolpirivat karboksilase menghasilkan oksalasetat dan Pi. Enzim ini
mempunyai afinitas lebih besar terhadap CO2 daripada ribulosa
1,5-difosfat karboksilase sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan daur
Calvin. Gambar berikut menunjukkan reaksi pengubahan fosfoenolpiruvat menjadi
oksalasetat.
Gambar 2.8
Daur Hatch-Slack : reaksi pembentukan oksalasetat dari fosfoenolpiruvat dengan
enzim fosfoenolpiruvat karboksilase.
Gambar 2.9
Jalur Metabolisme Daur Hatch-Slack
Dalam tumbuhan golongan C4 mengandung dua macam sel fotosintesis
yang berbeda struktur dan lokasinya. Sel mesofil terletak lebih dekat pada
epidermis dan sel seludang berkas pembuluh terletak di sekitar urat daun.
Gambar 2.10
Reaksi pembentukan malat dari oksalasetat dengan enzim malat dehidrogenase yang
terdapat dalam sel mesofil.
Gambar 2.11
Reaksi pembentukan piruvat dari malat dengan enzim malat dehidrogenase yang
terdapat dalam sel selubung berkas pembuluh
Piruvat yang terbentuk dari malat di dalam sel selubung berkas pembuluh ini
di angkut kembali ke dalam sel mesofil dan kemudian di fosforilasi dengan ATP
oleh enzim piruvat dikinase
menghasilkan fosfoenol piruvat, sehingga siklus berikutnya dapat berlangsung
secara kontinyu.
Gambar 2.12
Reaksi pembentukan fosfoenol piruvat dari piruvat dengan enzim piruvat dikinase
CO2 yang dilepaskan dari malat ditangkap oleh ribulosa
1,5-difosfat karboksilase untuk selanjutnya mengalami metabolisme penambatan CO2
dalam jalur metabolisme daur Calvin.
Telah diketahui bahwa dalam beberapa tumbuhan C4 lainnya,
oksalasetat yang terbentuk di dalam sel mesofil dapat juga diubah menjadi
aspartat oleh enzim transaminase dan
kemudian diangkut ke sel selubung berkas pembuluh lalu dioksidasi menghasilkan CO2
untuk daur Calvin.
Gambar 2.13
Reaksi pembentukan aspartat dari oksalasetat dalam sel mesofil
Peranan penting sel mesofil dalam proses daur Hatch-Slack ini adalah
sebagai pengumpul CO2 dengan efisiensi yang tinggi. Karbon dioksida
ini kemudian diangkut ke sel-sel selubung berkas pembuluh sehingga diperoleh
konsentrasi CO2 yang tinggi dalam sel ini. Dengan demikian, reaksi
penambatan CO2 melalui daur Calvin berlangsung sangat sangkil. Untuk
penambahan satu molekul CO2 diperlukan tambahan dua molekul ATP
sehingga persamaan reaksi keseluruhan proses penambatan CO2 dalam
tumbuhan C4 adalah sebagai berikut.
Glukosa + 30 ADP + 30 Pi + 12
NADP+
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam mensintesis glukosa, tanaman C4
lebih banyak membutuhkan ATP dibanding tanaman C3.
Glukosa + 18 ADP + 18 Pi + 12
NADP+
Beberapa hal yang menonjol pada proses penambatan CO2 dalam
tumbuhan C4 dibanding dengan tumbuhan C3 adalah sebagai
berikut.
1.
Membutuhkan
lebih banyak ATP.
2.
Sintesis
glukosa berlangsung lebih cepat per satuan luas daun.
3.
Berlangsung
lebih efisien dalam keadaan intensitas cahaya yang tinggi.
4.
Afinitas
enzim PEP karboksilase yang besar terhadap CO2.
5.
Penambatan
CO2 lebih sangkil.
6.
Proses
fotosintesis dapat berlangsung dengan cukup baik dalam keadaan jumlah CO2
yang sangat sedikit di udara.
7.
Tidak
terjadi proses pernafasan dalam cahaya atau fotorespirasi.
8.
Tumbuh lebih
cepat.
F.
Pernafasan dalam Cahaya
Menurut Wirahadikusuma (1985), sel tumbuhan hijau mengandung mitokondrion
di samping kloroflas. Pada umumnya, mitokondrion dalam keadaan gelap cahaya
melangsungkan proses pernafasan dan fosforilasi bersifat oksidasi. Sebagian
besar tumbuhan juga melangsungkan pernafasan dalam keadaan terang cahaya yaitu
saat berlangsungnya proses fotosintesis. Dalam hal ini, proses pernafasan tidak
dilakukan oleh mitikondrion karena proses ini tidak terpengaruh oleh zat
penghambat yang khas untuk pernafasan mitokondrion serta tidak melangsungkan
proses fosforilasi bersifat oksidatif. Pernafasan dalam terang cahaya disebut
juga fotorespirasi. Proses ini terjadi dalam kloroflas. Dimulai dengan oksidasi
ribulose 1,5-difosfat oleh O2 menghasilkan fosfoglikolat, sehingga
reaksi antara CO2 dan ribulose 1,5-difosfat dikurangi atau dihambat.
Gambar 2.14 Reaksi pembentukan fosfoglikolat dari ribulosa 1,5-difosfat
dengan enzim ribulosadifisfat
karboksilase
Biosintesis glikolat dan mekanismenya di dalam peroksisom dan mitokondrion
dapat dilihat pada gambar berikut. Terdapatnya oksigen yang berlebihan akan menimbulkan
persaingan antara O2 dan CO2 terhadap ribulosa
1,5-difosfat, sehingga reaksi penambatan CO2 pada malam hari akan
terhambat.
Gambar 2.15 Jalur metabolisme pernafasann yang tergantung cahaya
Jalur metabolisme pernafasan dalam cahaya melibatkan tiga macam organel
yang berupa kloroflas, peroksisoma dan mitokondrion. Glikolat yang terbentuk
dari fosfoglikolat dalam kloroflas diangkut ke dalam peroksisom yang kemudian
mengalami metabolisme yang menghasilkan glisin, format, oksalat atau CO2
tergantung pada jenis tumbuhannya. Sedangkan H2O2 yang
terbentuk dalam reaksi ini diubah oleh katalase yang terdapat dalam peroksisom
menjadi O2 dan H2O.
Gambar 2.16 Reaksi konversi glikolat
Selanjutnya glisin diangkut dari peroksisom ke dalam mitokondrion lalu
diubah menjadi serin.
Gambar 2.17 Reaksi pembentukan serin dari glisin
Gambar 2.18 Reaksi pembentukan gliserat dari serina di dalam peroksisom
Reaksi antara O2 dengan ribulosa 1,5-difosfat dengan menggunakan
enzim yang sama seperti pada reaksi CO2 dengan ribulosa 1,5-difosfat
yaitu enzim ribulosa 1,5-difosfat karboksilase. Hal ini merupakan suatu
mekanisme kontrol proses penambatan CO2, dimana mekanisme hambat
saing dari O2 terhadap proses penambatan CO2 yang dapat
terjadi bila tekanan parsial oksigen besar sedangkan tekanan parsial karbon
dioksida kecil. Jadi, proses pernafasan dalam cahaya tersebut merupakan
mekanisme kontrol metabolisme daur Calvin yang pada umumnya terjadi dalam sel
tumbuhan C4.
III.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah
dilakukan, disimpulkan bahwa :
1.
Dalam mensintesis
glukosa, tanaman C4 lebih banyak membutuhkan ATP dibanding tanaman C3.
2.
Proses
pernafasan dalam cahaya berperan sebagai mekanisme pengontrol metabolisme daur
Calvin yang pada umumnya terjadi dalam sel tumbuhan C4.
3.
Fotosintesis
ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali terbentuk
setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3.
4.
Mekanisme yang terjadi pada fotofosforilas sama
seperti mekanisme yang terjadi pada rantai pernafasan dalam fosforilasi
bersifat oksidatif.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Kimball.1999. Biologi Edisi kelima Jilid 3. Erlangga.
Jakarta.
Michael, Perzl Elman. 1994. Squalene Hopene Cyclase from Bradyrhizobium
japonicum: Cloning, Axpression, Sequence, Analysis and Comparison to Other
Triterpenoid Cylases. Journal of
General Microbiology.
Wirahadikusuma, M. 1985. Biokimia: metabolisme energi, karbohidrat
dan lipid. ITB. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar